Senin, 21 Maret 2011

3 Kunci Rujuk dengan Pasangan

KONFLIK yang terjadi dalam rumah tangga adalah hal lumrah. Apalagi pada usia perkawinan di bawah lima tahun, karena masing-masing berasal dari latar belakang, pola asuh keluarga, dan budaya atau kebiasaan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan itulah yang sering memicu terjadinya konflik.

Masa kurang dari lima tahun usia perkawinan inilah yang disebut sebagai masa penyesuaian atau adaptasi. Karena, hal kecil pun mendadak bisa menjadi besar. Bahkan jika tidak ada keterbukaan bisa menjadi bom waktu yang siap meledak kapanpun.

Dan, begitu bom "persoalan" sudah meledak dan tak terbendung lagi, semuanya akan berubah drastis. Bahkan terkadang, saat konflik sudah memuncak, dan perasaan pasangan sudah sama-sama dikuasai amarah, ungkapan "Cerai" pun terlontar. Ya, kata ini memang sering menjadi keputusan final bagi pasangan yang merasa kalau hubungannya sudah tidak bisa lagi diperbaiki. Tak ada lagi tawar-menawar!

Agar bisa rujuk bersama pasangan, simak penjelasan dari Stenly Stevanus Harjo, S.Psi, M.Psi, Pelayanan Psikologi PORROS, Semarang, berikut.

Memutuskan Rujuk

Namun, seiring berjalan waktu, tak menutup kemungkinan timbul keinginan rujuk. Pelbagai faktor dapat dijadikan alasan bagi pasangan untuk saling memberi kesempatan kedua bagi satu sama lain dan kembali membina biduk rumah-tangga. Lantas, apa yang perlu dilakukan kedua belah pihak untuk 'berdamai'? Jangan sampai keputusan cerai dilakukan untuk kali kedua. Yuk, simak tiga langkah di bawah ini:

Rekonsiliasi

Proses ini diperlukan bagi pasangan untuk memulihkan kembali hubungan yang telah retak pada keadaan semula dengan memahami masing-masing perbedaan pada kedua belah pihak.

Tindakan yang dilakukan ialah saling memaafkan semua kesalahan yang telah dilakukan oleh pasangan, dan berusaha untuk tidak mengungkit-ungkit kejadian yang lalu, khususnya ketika terjadi konflik. Pasalnya perpecahan antara kedua belah pihak mulai terjadi dengan mengungkit-ungkit masa lalu, lalu timbullah keegoan yang besar, tidak mau mengalah antara kedua pasangan.

Perbaharui Komitmen

Pasangan harus memperbaharui komitmen yang pernah diucapkan dulu ketika pertama kali menikah dan lakukan 'perjanjian atau kesepakatan' antar istri-suami yang intinya untuk menjaga supaya hubungan tetap terjaga.

Salah satu contoh perjanjian atau kesepakatan yang bisa dilakukan adalah ketika salah satu marah maka pasangannya diam saja (pasif) atau tidak meresponnya dengan marah (agresif) sampai pasangan kita berhenti marah. Tujuannya supaya tidak terjadi pertengkaran yang disebabkan karena pasangan tersebut saling membalas tindakan atau ucapan yang dilakukan oleh pasangannya.

Belajar Saling Memahami

Memahami kelebihan dan kekurangan dari pasangan sangat diperlukan karena dengan adanya pemahaman tersebut maka pasangan dapat mengambil tindakan yang tepat ketika terjadi konflik. Sehingga konflik dapat diredam atau bahkan tidak sampai terjadi.

Melalui pemahaman tersebut maka hubungan harmonis dapat tercipta karena adanya saling pengertian diantara kedua pasangan tersebut, bukan adanya keinginan untuk dimengerti (egois).

Dengan sifat saling memahami, maka keduanya akan lebih nyaman dalam menjalani hubungan. Inilah yang menjadikan modal dasar, agar suatu hubungan tidak pernah cekcok, bahkan saling mengerti antara keduanya. Jangan pula selalu membahas masa lalu yang telah dilewati!

Komunikasi Lancar, Hindari Konflik

Selain ketiga hal di atas, komunikasi tetap sangat diperlukan dalam suatu hubungan karena dari komunikasi inilah tercipta pemahaman antara satu dengan yang lainnya.

Dengan terciptanya suatu komunikasi yang lancar maka hubungan akan terjaga dengan baik dan terhindar dari konflik. Selain itu usahakan semua masalah atau konflik diselesaikan sampai tuntas. Sehingga tidak tersimpan dendam atau masih mengganjal di dalam hati.

Ubah Paradigma Lama

Ternyata pascarujuk yang disebut reintegrasi, tak selamanya menimbulkan kebahagiaan bagi mereka yang menjalaninya. Reintegrasi menguntungkan mereka yang memang bersedia menyadari kekurangan dan ingin mengisi kekurangan tersebut dengan kehadiran satu sama lain dalam kebersamaan.

Reintegrasi tidak senantiasa menguntungkan bagi beberapa pasangan, utamanya jika upaya untuk mengintegrasikan kebersamaan menemui jalan buntu karena masing-masing pihak bertahan pada paradigma lama, tidak mau mengubah kebiasaan yang justru jadi pemicu kesenjangan di antara mereka.

Sebaliknya, ada yang berhasil mempertahankan perkawinan pascarujuk, bahkan mampu membuatnya lebih sehat. Mereka ini adalah pasangan yang masing-masing pihak mau memperbaiki diri, berusaha untuk lebih mengenal satu sama lain dengan lebih baik, berusaha untuk lebih menyesuaikan diri dan meningkatkan toleransi.

Artinya, masing-masing berniat membuka lembaran baru dengan komitmen baru yang menguatkan janji dan cinta perkawinan.

Tip Pascarujuk dengan Pasangan:

- Biasakan untuk mempererat ikatan atau memperbaharui ikatan setiap tahun, misal merayakan ulang tahun pernikahan.

- Lakukan pembaharuan perkawinan dengan ritual yang bermakna berupa aktivitas yang memiliki arti penting bagi masing-masing pihak. Contohnya mengulang romantisme masa lalu dalam kondisi yang serupa, tidak sekadar merayakan, tetapi sekaligus menikmatinya.

- Melakukan aktivitas bersama secara periodik tanpa melibatkan anak-anak. Sebab yang sering terjadi, setelah punya anak kegiatan pasangan berkurang atau malah hilang sama sekali dengan dalih tak ingin meninggalkan anak-anak. Padahal anak-anak tak layak dijadikan 'kambing hitam'. Justru orangtua-lah yang harus bijak membagi waktu bersama anak dan waktu bagi mereka berdua saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar